Jurnal Risa by Risa Saraswati

Weni adalah seorang jurnalis yang nekat merekayasa peristiwa demi menjadi seorang narapidana. Bukan tanpa alasan, ia memiliki tujuan untuk bisa mengungkapkan misteri dari kematian sang adik, Ratna. 

Sebelumnya, Ratna meninggal setelah menempati sebuah bangsal menyeramkan yang dijuluki sebagai ruang kutukan oleh para napi. Hal ini karena bagi siapa pun yang masuk ke dalamnya akan berakhir dengan kematian. 

Di sana, Weni bertemu dengan Bela, seorang napi mafia human trafficking yang begitu ditakuti dan disegani oleh para napi. Siapa saja yang berurusan dengannya akan berakhir dijebloskan ke bangsal isolasi.

Bersamaan dengan berbagai suasana mencekam dan suara-suara mengerikan, perlahan-lahan misteri kematian di bangsal isolasi pun mulai terkuak.

Makmur adalah seorang tentara Indonesia yang terpaksa harus meninggalkan istrinya, Sari, yang sedang hamil tua. Ia tidak punya pilihan saat peperangan terjadi, dan Makmur harus membela NKRI. 

Di medan peperangan, Makmur bersama-sama berjuang dengan Supra, Fajrul, Jaka, dan Solah.

Mereka berjanji sebagai sahabat untuk berjuang sehidup semati. Tidak hanya itu saja, Makmur juga bertekad untuk kembali ke sisi istrinya tercinta. 

Harapannya pun terwujud, kini Makmur kembali pulang dan menemukan Sari telah melahirkan anak mereka yang bernama Cipluk.

Teman-teman Makmur juga merasa bahagia sekaligus iri dengan kemesraan Makmur dan istrinya yang luar biasa cantik. 

Namun, tiba-tiba mereka mendengar desas desus jika sebenarnya Sari telah meninggal dunia. Jadi, selama ini siapakah Sari yang mereka temui?

Apakah ia adalah sosok arwah gentayangan yang selama ini menunggu suaminya pulang?

Bagas memutuskan untuk mendaki ke gunung Madyopuro. Tidak sendirian, ia pun mengajak temannya Lenny untuk ikut bersama.

Mereka pun mempersiapkan diri hingga akhirnya saat hendak membeli tiket, sang penjaga memberikan nasihat. 

Ia memberitahu jika mereka harus memperhatikan mitos yang telah dipercaya oleh warga setempat, hal ini juga menjadi peringatan untuk para pendaki gunung Madyopuro lainnya.

Mitos itu adalah melarang para pendaki berkelompok dalam jumlah ganjil. Selain itu, para pendaki juga tidak disarankan untuk menengok ke belakang saat melakukan perjalanan menuju puncak. 

Sambil memahami larangan-larangan tersebut, Bagas dan Lenny pun memulai pendakian. Tiba-tiba di tengah perjalanan, keduanya bertemu dengan Dicky, Juna, dan juga Andrew yang akhirnya  bergabung bersama mereka.

Namun, beberapa lama kemudian, mereka semua baru menyadari jika jumlah kelompok saat ini ganjil. Tidak hanya itu saja, mereka juga meyakini jika salah satu dari rombongan kemungkinan besar melanggar mitos dengan menengok ke belakang. 

Kekhawatiran mereka pun terbukti dengan adanya teror dari berbagai sosok misterius penghuni gunung Madyopuro. Terlebih keadaan semakin menakutkan saat mereka tersesat tepat di saat malam satu suro. 

Lee Harker adalah seorang agen FBI yang harus menyelesaikan kasus sulit dan tak kunjung terpecahkan.

Ia harus menyelidiki kasus yang berkaitan erat dengan Longlegs, yaitu seorang pembunuh berantai misterius yang selalu saja berhasil lolos. 

Bukti yang dikumpulkannya membuat Lee Harker menemukan berbagai petunjuk gaib hingga adanya hubungan pribadi dirinya dengan Longlegs.

Kini, ia tak punya banyak waktu, ia harus cepat-cepat memecahkan misteri dan menemukan Longlegs sebelum banyak korban lain yang berjatuhan.

Risang Wisangko adalah seorang kolektor yang memiliki rumah megah. Ia pun mewariskan rumah tersebut pada kedua anaknya yaitu Randi dan Bian, dengan bantuan Mayang, Prof. Dirga, dan Darmo. 

Mereka memutuskan untuk merenovasi rumah tersebut dan dipugar menjadi sebuah museum. Hal ini karena di dalam rumah tersebut banyak peninggalan-peninggalan berharga dan bersejarah, mulai dari prasasti, arca, hingga senjata yang sudah berumur ratusan tahun. 

Hingga suatu saat, Nina dan rekan-rekannya ditugaskan untuk melakukan survei. Namun, mereka tidak sengaja melepas sebuah kutukan dari salah satu benda pusaka. Berbagai malapetaka pun tidak dapat mereka hindari.